"Mengapa Begitu, Ayah?" Kedengarannya pertanyaan ini konyol, tapi apa yang menyebabkan sesuatu terjadi atau tidak terjadi?Air akan mengalir ke tempat rendah, tetapi tidak akan sebaliknya. Saya dapat membubuhkan gula ke dalam kopi, tetapi kalau terlalu banyak saya tidak dapat mengambilnya kembali. Saya dapat menyalakan sebatang korek api, tetapi saya tidak dapat mengembalikannya ke kondisi semula. Adakah suatu aturan dalam hukum alam yang menentukan apa yang dapat terjadi dan apa yang tidak dapat terjadi? Ini jelas bukan pertanyaan konyol dari seorang anak ke Ayahnya. Bahkan sesungguhnyalah, barangkali itu pertanyaan paling mendalam di dunia ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, jawabannya menjadi cukup sederhana–sejak seorang jenius bernama Josiah Willard Gibbs menguraikannya di penghujung abad sembilanbelas. Jawabannya adalah bahwa dimanapun di alam semesta terdapat keseimbangan antara dua kualitas mendasar energi, yang barangkali sudah anda pahami; dan entropi, yang barangkali belum anda pahami . Keseimbangan inipun memadai untuk menentukan apakah sesuatu dapat atau tidak dapat terjadi. Beberapa hal tertentu dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi semua itu tidak dapat berlangsung ke arah berlawanan kecuali mendapatkan bantuan dari luar. Sebagai contoh, kita dapat membuat air naik ke tempat lebih tinggi dengan cara mengangkut atau memompanya ke atas. Dan jika kita sungguh menghendaki, kita dapat mengambil kembali kelebihan gula yang telah terlanjur masuk ke dalam secangkir kopi dengan menguapkan airnya kemudian secara kimia memisahkan gula dari padatan kopi. Mengembalikan korek api yang telah dinyalakan ke keadaan semula jauh lebih sulit, tetapi asal waktu dan peralatannya tersedia, ilmuwan dapat merekontruksinya dari abu, asap, dan gas. Yang penting adalah bahwa dalam tiap kasus ini campur tangan yang cukup banyak-terutama energi dari luar-mutlak diperlukan. Ketika dibiarkan berulah sendiri, alam akan membiarkan banyak hal terjadi secara spontan, bahkan meskipun kita menunggu dengan sabar sampai kiamat tiba. Kesimpulan dalam hal ini adalah bahwa jika keseimbangan energi dan entropi tepat, sesuatu akan terjadi, jika sebaliknya, sesutau yang sama tidak akan terjadi. Dalam semangatnya yang meluap-luap untuk memanfaatkan kaidah-kaidah mekanika, Archimedes (287 – 212 SM) konon pernah berkata,” Beri aku tuas yang cukup panjang dan sebuah tempat untuk berpijak, maka aku akan memindahkan dunia.” dan kalau saja dia sudah tahu soal entropi, energi dan pizza, ia mungkin menambahkan,” Beri aku energi yang memadai maka aku akan menata kembali dunia serapi pizza.”
Sumber: Einstein Aja Nggak Tahu (by Robert L. Wolke)
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar